Dalam
realitanya, pengaruh media begitu besar terhadap kehidupan suatu masyarakat
serta budayanya. Pertumbuhan media massa, khususnya televisi, yang cukup pesat
menjadikan masyarakat semakin leluasa untuk mengakses dan mendapatkan berbagai
informasi yang diinginkan. Masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mengakses
berbagai informasi yang disiarkan oleh berbagai media massa tersebut.
Informasi-informasi televisi tersebut cepat atau lambat akan berpengaruh pada
sosial budaya masyarakat pemirsa.
Televisi
juga merupakan entitas budaya karena turut berperan dalam mewujudkan majunya
sebuah budaya sekaligus bisa mempengaruhi kemundurannya. Revolusi informasi dan
komunikasi memberi dampak yang begitu besar terhadap pengaruh informasi yang
diterima atau dikonsumsi oleh masyarakat, dalam waktu sekejap masyarakat bisa
mendapatkan informasi atas kejadian tempat. Ini adalah suatu capain yang luar
biasa dalam perkembangan teknologi di dunia ini.
Dalam
prosesnnya berita yang begitu cepat, singkat, dan padat jelas akan memberi
dampak pada kualitas pemberitaannya. Kualitas dari pemberitaan yang secepat
kilat disebarluakan akan berbeda dengan pemberitaan sedikit lambat tapi dengan
kualitas yang lebih baik.
Kompetisi
pemberitaan membuat nilai berita itu berkurang karena esensi dari berita itu
tidak begitu penting, sebab dalam pemberitaan cepat yang paling diutamakan
hanya kuantitas tanpa memperhatikan kualitas. Berita yang lambat dapat
menyebabkan kurangnya peminat utuk membaca, karena yang ingin dikejar adalah banyaknya
penujung yang datang di berita online. Disipilin verifikasi sudah bukan nomor
tiga lagi seperti yang ditulis oleh Bill Covack.
Pemberitaan
yang hanya mementingkan kecepatan berita, pengejaran terget terhadap pengujung
situs dan pemberitaan lewat televisi sungguh tidak semulia fungsi dari media
yang tertera di undang-undang atapun di poster-poster yang terbentang di
pinggir jalan yang bercerita tentang posisi atapun fungsi dari pada media itu
sendiri.
Televisi
yang juga memegang posisi strategis dalam pemberitaan kini semakin dipermainkan
oleh penguasa demi kepentingan golongan atau individu. Hingga akhirnya
masyarakat lah yang dirugikan dalam kasus tersebut. Ketika kita lihat
pemberitaan media penyiaran televisi yang ada di Indonesia, terlihat bagaimana
media itu tidak lagi digunakan untuk kepentingan banyak orang. Televisi hanya
sebagai panggung propaganda dari segelintir orang untuk menduduki posisi
tertentu, pencitraan terhadap tokoh tertentu hingga berkampanye.
Ketika
beberapa TV berita sibuk dengan politik dan pemberitaan penuh selama 24 jam, TV
lain hanya sibuk menayangkan sinetron, film hingga penayangan lawak yang
sungguh tidak bermutu dan hanya mencari tingginya rating agar mendapatkan iklan
banyak. Edukasi dalam setiap segmen pemberitaan tidak lagi menjadi priotas,
sebab TV hanya berlomba mencari keuntungan dari iklan, ini yang membuat
fungsi-fungsi dari media itu sendiri sedikit dikesampingkan.
Iklan
yang menjadi pintu utama masuknya modal atau keuntungan membuat iklan-iklan
yang ditayangkan sungguh tidak layak untuk ditonton. Tak ada nilai yang
mendidik, yang ada hanya menciptakan masarakat yang konsumtif. Selain itu
iklan-iklan yang ditayangkan kebanyakan disajikan untuk mereka masyarakat
ekonomi kelas menengah ke atas. Media yang menetukan opini publik memberi
pengaruh yang besar terhadap pola pikir dan pandangan masayarakat Indonesia.
Tayangan yang kurang bermutu disajikan untuk masyarakat Indonesia mebuat opini
dan budaya masyarakat Indonesia lari dari titik ideal.
Meminjam
pernyataan Bernard Cohen, “pers lebih dari pada sekadar pemberi informasi dan
opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan
sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa
yang perlu dipikirkan.” Maka ketika pers Indonesia sangat bermutu maka akan
terciptalah masyarakat yang bermutu dan berbudaya.[p]